skip to main |
skip to sidebar
Scott Lynch, Anak Pendeta yang Menemukan Cahaya Islam
REPUBLIKA.CO.ID,
Lebih
dari dua dekade Scott Lynch mencari kebenaran hakiki. Pada akhir
pencariannya ia menemukan Islam. Komunikasi intensif dengan sang
Pencipta melalui kewajiban shalat lima waktu menjadi pertimbangan
Lynch.
Selama dua
dekade, Lynch hanya memahami Muslim memiliki karakteristik berperawakan
gelap, rambut hitam, berjenggot, menetap di Timur Tengah dan Asia.
Seorang Muslim hanya mengenakan pakaian sederhana dan serba tertutup.
"Saya
merasa cukup aneh ketika terbiasa dengan penampilan warga AS yang
berambut pirang, bermata biru, beragama Kristen. Namun, umat Islam
begitu beragam," kata dia seperti dikutipOnislam.net, Jumat (28/6).
Semasa
remaja, beberapa kali Lynch berpindah tempat tinggal. Di mana ia
tinggal, Lynch tidak menemukan keberagaman. Latar belakang keluarga
Lynch cukup dengan gereja. Ia sendiri merupakan anak seorang pendeta.
"Ayah
seorang pendeta. Anda bisa bayangkan bagaimana tradisi Kristen mewarnai
kehidupan saya. Setiap akhir pekan, saya rutin beribadah di gereja,"
kenang dia,
Lynch dibesarkan dalam pemahaman Yesus sebagai anak
Tuhan. Namun, dirinya seolah menolak pemahaman itu. Akantetapi rasa
takut kepada orang tuanya membuat ia harus menerima pemahaman itu. "Saya
meyakini kisah Yesus itu tidak masuk akal," kata dia.
Ia merasa
aneh ketika sosok Yesus itu akan menyelamatkan setiap orang yang percaya
kepadanya. Pertanyaan pun muncul, bagaimana orang-orang sebelum
kedatangan Yesus. "Saya diam-diam mulai mempertanyakan masalah ini,"
kata dia.
Kendati mempertanyakan, Lynch tidak memperlihatkan apa
yang ia rasakan kepada orang tuanya. Lynch hanya bisa menahan dalam
hati. Di saat bersamaan, orang tuanya terus menerus meminta anaknya itu
menerima kehadiran Yesus.
Selama lima tahun ke depan, Lynch terus
berpura-pura. Ia memang hadiri kajian Injil. Namun, ia tidak pernah
terpikir mempelajarinya. Lulus SMA, Lnych mendapatkan momentum. Ia
niatkan diri pada satu hal penting yakni kebebasan mempelajari agama
lain.
Hal yang pertama dilakukannya, ia pelajari ajaran Katolik
Roma. Tapi itu tidak lama. Lnych kembali melanjutkan pencariannya. Untuk
mempermudah niatannya itu, Lynch mempelajari agama Yahudi. Ia tertarik
mendalami bahasa Ibrani. Saat itu, ia belajar bersama seorang rabi.
Lagi-lagi, Lynch merasa buntu dengan tradisi Yahudi.
Barulah, ia
menilik Islam. Pertemuan ini memang tidak sengaja. Saat itu, ia
mengambil kelas Lembaga dan Tradisi Islam. Di kelas itu, ia berinteraksi
dengan Muslim. Satu kesan yang ia dapat, Islam mengajarkan
kesederhanaan dan rendah hati. Tak lama, ia mulai memberanikan diri
mendatangi masjid. Di masjid, Lynch mulai menemukan kecocokan dengan apa
yang dipikirkan tentang konsep Ketuhanan.
"Saya tahu ada satu Allah, tapi siapa dia, dimana dia," tanyanya.
Memasuki
dunia kerja, kecocokan itu berlanjut. Lynch menyimpulkan Islam memiliki
dasar keyakinan yang kuat tentang Ketuhanan. Islam menyatakan Tuhan
itu satu, Tuhan itu melalui utusan-Nya coba menyampaikan hal tersebut.
Islam itu merupakan pedoman hidup manusia.
"Saat itu, saya mulai tertarik untuk bertanya lebih jauh tentang Islam," kata dia,
Suatu
waktu, Lynch beremu dengan pria Muslim bernama Hani. Kepadanya, Lynch
banyak bertanya tentang Islam dan Muslim. Oleh Hani, ia diberikan
Alquran. Ketika membaca, ia merasa terkejut. Alquran banyak bercerita
tentang Kristen dan Yahudi. "Tuhan apakah Engkau menginginkanku bangun
pagi dan menyembah-Mu. Setelah begitu yakin, saya memutuskan mengucapkan
syahadat," kata dia.
Usai mengucapkan syahadat, Lynch berpikir
apa yang akan ia katakan kepada keluarga dan rekan kerjanya. Itu terjadi
selama berbulan-bulan, tapi Lynch berusaha tenang menghadapi masalah
tersebut.
"Saya coba lupakan itu, dengan mulai mendalami ajaran Islam. Disini saya siap mengambil langkah berikutnya," kenang dia.
Pada Januari 2001, Hani mengundang Lynch mengunjungi Islamic Center Fort Collins, Colorado.Berada
di sana, Lynch seolah dipanggil melakukan sesuatu. Apa yang ia rasakan
coba diutarakan pada Hani. Oleh temannya itu, ia disarankan membaca
Alquran dan mulai mempelajari tata cara shalat.
"Jujur saya sedikit gugup," kata dia.
Tak
terasa, setahun sudah Lynch menjadi Muslim. Selama itu, Lynch merasakan
kemajuan, kemunduran dan keraguan. Kondisi itu ia coba pahami sebagai
satu upaya menjadi Muslim yang kaffah. "Saya ini manusia biasa, tentu
Allah memahami kelemahan saya itu. Yang pasti, dalam hati, saya telah
bekerja keras mengikut jalan-Nya," kata dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar