REPUBLIKA.CO.ID, Oleh
Afriza HanifaKawasan Suriah telah eksis sejak era sebelum Masehi.Suriah
selalu memiliki pesona dari waktu ke waktu. Banyak peradaban yang
tumbuh di negeri tersebut sejak masa Arab Kuno Tadmur hingga peradaban
Islam dengan menjadi ibu kota kekhalifahan Umayyah. Tapi, "The Craddle
of Civilization" tampaknya tak layak lagi di sandang Suriah. Perang
saudara sejak awal 2011 lalu membuat negeri peradaban ini luluh lantak.
"
If paradise be on earth, it is without a doubt, Damascus, but if it be in heaven, Damascus is its counterpart on earth,"
demikian ucapan seorang musafir Muslim Ibn Jubair menggambarkan betapa
indahnya Damaskus, ibu kota Suriah. Surga tentu identik dengan
keindahan. Sementara, Ibn Jubair memilih Damaskus sebagai kota surga
dunia karena begitu eloknya kawasan tersebut.
Betapa banyak
peradaban yang pernah tertoreh di kawasan tersebut. Damaskus hanyalah
sebagian kawasan Suriah yang paling mencolok keindahannya. Tapi, secara
umum Suriah memang memiliki banyak peninggalan peradaban yang
mempercantik negeri yang dahulu bernama Syam. Beragam peradaban pernah
menapakkan jejak di sana, dari peradaban Arab kuno, Romawi, Persia,
hingga peradaban Islam.
Kawasan Suriah telah eksis sejak era
sebelum Masehi. Kala itu, negeri ini bukanlah pusat munculnya peradaban
dunia. Suriah hanyalah kawasan padang pasir yang hanya dilalui beberapa
sungai. Sementara, peradaban manusia biasanya muncul di kawasan subur
yang dialiri sungai besar. Tapi, lokasi Suriah yang strategis membuatnya
tak bisa luput dari catatan sejarah kuno. Pada masa awal perkembangan
peradaban bangsa, kita mengenal Mesopotamia di Irak dengan sungai Tigris
dan Eufrat, serta peradaban Firaun di Mesir dengan Sungai Nil.
****
Dua peradaban besar dunia ini berlokasi di kanan kiri Suriah.
Alhasil, kawasan Suriah menjadi jalan penghubung dua peradaban kuno
tersebut. Maka, kawasan padang pasir itu pun serta merta menjadi pusat
perdagangan internasional. Para pedagang dari Mesopotamia ke Mesir dan
sebaliknya selalu melewati kawasan Suriah. Jadilah, Suriah bersama
Mesopotamia dan Mesir disebut sebagai kawasan "timur dekat kuno" atau
kawasan "bulan sabit subur" yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya
kawasan Timur Tengah yang sekarang.
Tadmur
Sejak abad
kesepuluh sebelum Masehi, terdapat sebuah kota di kawasan Suriah yang
terkenal dalam sejarah Arab Kuno, yakni Kota Tadmur. Kota ini pun
disebut dalam Taurat karena Nabi Sulaiman pernah membangunnya menjadi
kota perniagaan yang amat maju. Menurut Prof Dr Mukhtar Yahya dalam
bukunya Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir
Agama Isla, Kota Tadmur menjadi pusat perniagaan yang amat penting
karena lokasinya yang sangat strategis.
Inilah tempat pertemuan
perdagangan dari Timur ke Barat dan dari Selatan ke Utara. Posisi
sebagai pusat perdagangan ini terus diemban Tadmur ketika dua kekuasaan
besar berkuasa, yakni Romawi dan Persia. "Ahli sejarah menjuluki kota
ini dengan sebutan mutiara padang pasir. Rasanya, tidaklah jauh dari
kebenaran bila mereka memberi nama julukan demikian," ujar Mukhtar
Yahya.
Adapun lokasi Tadmur, menurut Yahya, berada di Gurun Pasir
Suriah, sekitar 200 kilometer sebelah Timur Damaskus. Saat era kerajaan
Bani Israil, kota ini menjadi benteng pertahanan mereka untuk
melindungi dari serangan bangsa nomad. Adapun bangsa Barat menamai Kota
Tadmur ini dengan julukan Palmyra yang dalam bahasa Yunani berarti kota
pohon palem. Reruntuhan kota tersebut masih dapat disaksikan hingga kini
bahkan menjadi kawasan kuno yang dilindungi badan PBB untuk urusan
pendidikan dan kebudayaan atau UNESCO.
****
Pasca-Tadmur, pada abad keempat sebelum Masehi, sempat muncul bangsa
Nabath atau Nabatia yang mengambil alih fungsi kota perdagangan dari
Kota Tadmur yang telah hancur. Bangsa ini menetap di bagian selatan
Suriah dan membangun kerajaan Arab Kuno yang besar. Wilayah kekuasaannya
tak hanya di Suriah, tapi mencapai kawasan Hijaz Utara, termasuk Gaza
Palestina dan Yordania. Merekalah yang membangun Kota Petra di Yordania
yang peninggalannya sangat terkenal hingga kini.
Namun, baik
Tadmur maupun Nabath, tak kuasa menghadapi Romawi. Kawasan Suriah pun
berada di bawah kekuasaan Romawi hingga pembukaan Islam di masa
kekhalifahan Abu Bakr Ash-Shiddiq.
Pada masa kedatangan Islam,
Suriah yang saat itu disebut sebagai Negeri Syam masih terkenal sebagai
kawasan perdagangan. Nama Syam mengacu pada salah satu nama putra Nuh
yang selamat dari musibah banjir besar, Sam. Dari Sam, lahir Bangsa
Semit yang melahirkan agama Ibrahimiyyah, yakni Yahudi, Nasrani, dan
Islam. Syam kala itu tak hanya Suriah, tapi juga Palestina, Lebanon, dan
Yordania. Adapun Rasulullah beberapa kali berkunjung ke Suriah, bahkan
sebelum diangkat Allah sebagai seorang Rasul. Dia berkunjung ke sana
untuk melakukan perdagangan.
****
Suriah merupakan negeri pertama yang dibuka kaum Muslimin. Ini
terjadi sekitar 630 Masehi saat kekhalifahan Abu Bakr Ash-Shiddiq. Di
bawah panji pemimpin Khalid bin Walid, pasukan Muslimin mengalahkan
Romawi Timur atau Byzantium. Suriah pun menjadi negeri Muslim. Islamnya
Suriah membawa banyak keuntungan bagi perkembangan Islam. Menurut
Phillip K Hitti dalam History of the Arabs, dakwah Islam semakin meluas
setelah pembukaan Suriah. Pembukaan yang cepat dan mudah pada wilayah
yang strategis tersebut telah menaikkan citra Islam di mata dunia.
Dari
Suriah, Muslimin membanjiri Mesir, kemudian bergerak membuka seluruh
kawasan Afrika Utara. Dari Suriah, wilayah Muslimin semakin meluas dan
kuat. "Kekuasaan Islam semakin meluas kurang dari seratus tahun setelah
Nabi wafat," kata Hitti.
Suriah pun memulai era peradaban Islam.
Banyak masjid dibangun di negeri tersebut. Puncak peradaban terjadi
ketika era Dinasti Umayyah. Khalifah pertama, Muawiyyah memindahkan ibu
kota pemerintahan Muslimin dari Madinah ke Damaskus di Suriah. Alhasil,
Suriah menjadi negeri dengan perkembangan Islam yang sangat pesat
sekaligus menjadi pusat peradaban Islam kala itu. Banyak peninggalan
Umayyah di Suriah, termasuk bidang arsitektur. Salah satunya, Masjid
Umayyah atau Umami.