KISAH usaha yang dimulai dari nol, lalu menuai sukses, mungkin bukan
hal baru. Berwirausaha dari nol bukanlah sebuah perkara mudah.
Di tengah jalan, selalu saja muncul berbagai rintangan. Tetapi kisah
perjalanan bisnis mereka yang merintis usaha dari nol kemudian mencapai sukses
tetap menarik untuk disimak. Terlebih jika kisah tersebut dilakoni mereka yang
berusia muda. Lantas, apa rahasia sukses para pengusaha muda?
Meminjam istilah Jennie S Bev, penulis juga pengajar asal Indonesia yang
bermukim di California, Amerika Serikat (AS) dalam pengantar buku Kumpulan
Kisah Para Pengusaha Muda yang Sukses Berbisnis dari Nol, Rahasia Jadi
Entrepreneur Muda (DAR! Mizan, 2008) karya Faif Yusuf, untuk berwirausaha
sebenarnya sangat mudah, yaitu dengan meningkatkan mindset dan mulai membuka
bisnis sendiri.
Dalam pandangan Jennie, setiap orang adalah personifikasi sukses itu
sendiri. Sebab, success is a mindset, it is not a journey or destination
(sukses adalah cara berpikir atau bersikap, bukan perjalanan maupun tujuan).
Tetapi anggapan di masyarakat masih lazim ditemukan bahwa berwirausaha identik
dengan para pengusaha besar dan mapan. Tidak jarang pula yang beranggapan bahwa
wirausaha semata-mata hanya untuk mengejar kekayaan.
Itu sebabnya, jika berbicara tentang sosok pengusaha sukses, yang selalu
dijadikan barometer adalah bagaimana para pengusaha itu menciptakan kekayaan
melimpah melalui bisnis yang dibangun. Padahal tidak selalu demikian. Menurut
pengusaha muda ternama, Sandiaga Salahudin Uno, keberanian dan optimisme
merupakan modal awal yang harus dimiliki seseorang untuk menekuni wirausaha.
Setelah itu, kata pria yang kerap disapa Sandi ini, memilih usaha sesuai
minat dan bakat dengan melihat peluang di pasar. Dengan minat yang besar, akan
timbul gairah dan semangat menjalani, memelihara, dan membesarkannya.
“Terakhir, just do it now. Jangan terlalu berhitung, putuskan, mulai, dan
kerjakan sekarang juga!” ungkap mantan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia
(BPP Hipmi) periode 2005-2008 ini. Optimisme yang diungkapkan Sandi tampaknya
menjadi modal utama sejumlah pengusaha muda sukses. Sebut saja Henry Indraguna,
pemilik The Auto Bridal Indonesia, tempat cuci mobil “busa salju”.
Sebelum mendirikan tempat cuci mobil yang kini beromzet Rp7,5 miliar per
bulan,pria kelahiran Bandung,28 Agustus 1973 ,ini jatuh bangun dalam berusaha.
Berbagai bentuk usaha dijalaninya, tetapi berkali-kali juga dia bangkrut dan
kembali ke titik nol. Pria lulusan Universitas Maranatha Bandung yang semasa
kuliah pernah berjualan ayam goreng ini pernah menjadi salesman berbagai produk
elektronik hingga mainan.
Dia pernah menjadi salesman besar produk mainan asal China yang menyuplai ke beberapa toko mainan di Bandung. Bahkan, seusai
lulus kuliah Henry pernah dipercaya mendistribusikan kartu chip Telkom senilai
Rp20 miliar. Tetapi hasil kerja kerasnya lindap dalam sekejap akibat
kebiasaannya berfoya-foya. Kebiasaan buruk itu pun sirna setelah dia menikahi
Fangky Christina pada 2003.
Berkat ide membuka usaha cuci mobil dari mertuanya dengan bermodalkan Rp150
juta, dia mulai membuka usaha cuci mobil pada akhir 2003. “Jumlah ini
sebenarnya cukup kecil untuk membuka usaha,” ujar Henry. Dari modal sebesar
itu, Rp35 juta dia gunakan untuk menyewa tempat seharga Rp75 juta. Sisanya
dibayar setelah tiga bulan usahanya berjalan.
Sisa dari modal untuk peralatan. Tetapi Henry terpaksa berutang untuk
menutupi kekurangan biaya peralatan. Pada awalnya usaha Henry kurang diminati
masyarakat. Tetapi bagi Henry hal itu adalah part of game yang harus
dilaluinya. Keinginannya untuk mengubah citra tempat cuci mobil, yang kotor
menjadi bersih dan nyaman, diwujudkan dengan inovasi cuci salju lewat The Auto
Bridal.
Henry pun terus melakukan inovasi dalam bisnisnya mulai cuci mobil es krim,
salon mobil, motor bridal. Setiap bulan, The Auto Bridal Indonesia minimal
melayani 120.000 mobil dengan ongkos cuci Rp35 ribu per mobil.
“Biasanya keuntungan yang didapat 100 persen dari modal,” papar Henry. Henry
meraih penghargaan Outstanding Entrepreneurship Award Asia Pacific
Entrepreneurship Award (AFEA) 2008. The Auto Bridal Indonesia saat ini sudah
mempunyai 84 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Henry kini sedang
berupaya melebarkan sayap bisnisnya ke negeri jiran Malaysia.
Kisah sukses lainnya ditunjukkan Yesaya Surya Widjaya, pemilik PT Raja
Baksomas Mandiri yang kini sudah memiliki 14 restoran dan 40 mitra. Yesaya,
pria peraih master lulusan Hawaii
Pacific University
bidang komputer, mengembangkan bakso dan makanan beku (frozen food) dengan
aneka rasa seafood. Yesaya awalnya hanya menjalankan bisnis orangtuanya yang
dibangun pada 1982.
Karena sering membantu melayani pelanggan sejak kecil, pria kelahiran Jakarta, 31 Januari 1971,
ini sangat akrab dengan dunia kuliner. Setelah menamatkan pendidikan S-2 pada
1998, Yesaya mulai mempelajari manajemen kerja restoran. Dari situlah dia
mengamati kegemaran masyarakat terhadap selera makan yang akhirnya
menginspirasi mengembangkan usaha bakso dengan aneka rasa.
Pada 2002 dia mulai membuka gerai baksonya secara serius dengan bendera PT
Raja Baksomas Mandiri. Awalnya dia membuka lima gerai di kawasan Dunia Fantasi, Ancol,
Jakarta Utara, dan satu gerai di Kemayoran. Untuk membuka gerai di Kemayoran,
Yesaya dibantu modal dari orangtuanya sebesar Rp55 juta.Yesaya juga berinovasi
dengan membuat makanan beku.
Kini, lewat usahanya,Yesaya bisa meraih omzet Rp200 juta per bulan.
Kisah-kisah sukses yang ditunjukkan Henry dan Yesaya seperti juga diungkapkan
Faif dalam bukunya. Keberhasilan berwirausaha tidaklah semata-mata dinilai dari
seberapa berhasil seseorang mengumpulkan kekayaan, tapi lebih bagaimana
seseorang bisa membentuk, mendirikan, dan menjalankan usaha dari sesuatu yang
tidak ada sebelumnya atau belum berjalan.
sumber: okezone.com