Oleh
: Henny (Ummu Ghiyas Faris)
(Arrahmah.com) – Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza Palestina, membuat
kita gemas, marah, sedih semua perasaan berkecamuk menjadi satu. Menyaksikan
adegan-adegan di media masa atas kekejaman Zionis Israel laknatullah terhadap
rakyat Palestina. Seperti diberitakan di media masa hari Selasa (9/7/2014).
Sirene mengaum dahsyat di Gaza tanpa henti. Drone-drone, pesawat udara Israel
melayang-layang di langit Gaza. Bom jatuh, dan korban pun jatuh. Israel
beralibi Hamas harus membayar atas matinya tiga orang remaja Israel beberapa
pekan yang lalu sebelumnya. Tapi “Hamas” itu bagi Israel berarti rakyat Palestina
di Gaza. Tanpa pandang bulu.
Kekejaman Isreal semakin membabi
buta, anak-anak dan perempuan Gaza menjadi korban serangan yang paling banyak.
Baju dan kulitnya compang-camping karena hantaman peluru-peluru tentara Israel.
Di berbagai tempat terdengar tangisan, ya tangisan karena ditinggal mati oleh
orang-orang terdekat. Mereka yang telah syahid karena terbunuh atas
peluru-peluru dan roket-roket Israel tampak meninggalkan orang-orang sekitarnya
dengan wajah yang tenang.
Tentara Israel tiada hentinya menggempur
pemukiman warga palestina. Gempuran tersebut menggunakan rudal dari Pesawat Jet
F-16 dan helikopter tempur yang dipasok dari tuannya yaitu Amerika. Bukan
sekali ini saja Zionis Israel menggempur bumi Gaza, dan itu akan terus diingat
oleh generasi-generasi mendatang.
Bau hangus tercium dan darah
tercecer di mana-mana. Kerusakan rumah, mobil, motor seakan menjadi pemandangan
yang begitu menyayat hati. Istri-istri yang menangis karena ditinggal suami dan
anak-anaknya, semua itu sungguh menyakitkan terlebih dilakukan dengan sangat
brutal, sampai kapan Israel terus menerobos batas-batas kemanusiaan? Walaupun
dunia internasional mengecam aksi brutal Israel semua itu tidak membuat Zionis laknatullah
itu menghentikan aksinya tapi malah semakin membabi buta
Anak-anak dan perempuan korbannya
Tragedi kemanusiaan di mana pun
selalu anak-anak dan perempuan yang menjadi korban. Hingga saat ini empat orang
anak di pantai kota Gaza terbunuh dalam serangan udara Israel pada Rabu hingga
meningkatkan jumlah korban tewas menjadi 213 orang. Kekerasan terbaru
menjatuhkan korban tewas pada Rabu sebanyak 16 orang, dan meningkatkan jumlah
keseluruhan warga tewas di Gaza setelah berlangsungnya sembilan hari serangan
menjadi 216 orang. Lebih dari 1.560 orang mengalami luka-luka. (antaranews.com,
17/07/2014).
Perempuan Palestina dan anak-anak
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jihad. Anak-anak itulah yang kelak
akan menjadi mujahid-mujahid yang akan menghancurkan Zionis laknatullah
Israel. Hal inilah yang mendorong Israel membabi buta membunuh mereka. Dalam
kondisi pelayanan kesehatan yang buruk, kondisi hidup yang serba sulit, mereka
tidak lelah mencetak mujahid-mujahid baru. Anak-anak itu mereka didik dan
tanamkan kecintaan terhadap jihad dan mati syahid. Maka anak-anak Palestina
tidak pernah merasa takut berhadapan dengan tentara Israel sekalipun hanya
bersenjatakan batu.
Akar persoalan
Sesungguhnya tragedi ini berpijak
pada persoalan Aqidah, syariah, dan politik (Islam vs kufur Yahudi), bukan
masalah konflik dua negara, sehingga perdamaian sebagai solusi.Mengingatkan
sejarah bahwa Palestina adalah bagian dari negeri muslim, haram bagi siapa pun
untuk merampasnya. Sejak pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ra, kaum
Muslimin diamanahi melindungi kaum Nasrani dari ancaman Yahudi dengan mencegah
Yahudi tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam Perjanjian
Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya Nasrani
menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Melalui perjanjian Umariyah disepakati
bahwa selain Muslim, hidup juga berdampingan secara damai dengan orang Nasrani
di Palestina. Tetapi juga harus diingat dalam perjanjian Umariyah itu orang
Yahudi tidak boleh tinggal di Palestina.
Secara politis, tentang makar Yahudi
yang mendirikan negeri zionis Israel. Sejak awal pendiriannya, keberadaan
negara Israel tidak lepas dari kepentingan negara-negara imperialis Barat,
terutama Inggris dan Amerika Serikat.
Secara syariah Islam jelaslah Islam
juga mengharamkan kolonialisme dan pembantaian, dan Islam juga anti penjajahan,
apalagi itu terhadap tanah milik kaum Muslimin, tanah wakaf, tanah kharajyiah.
Pembantaian umat yang dilakukan Israel juga adalah kezaliman luar biasa,
apalagi korbannya adalah anak-anak dan perempuan.
Maha benar Allah dalam firmanNya :
Dan sesungguhnya, telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna, atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS:.Al
Isra : 70)
Sesungguhnya hilangnya dunia (dan
seisinya) benar-benar lebih ringan bagi Allah ketimbang terbunuhnya seorang
Muslim. (HR at-Tirmidzi)
Untuk menyelamatkan perempuan dan
anak-anak Palestina, terbelenggu oleh sekat nation state – egoistis nasionalis
penguasa muslim di sekitar Palestina. Nasionalisme adalah musuh umat Islam,
racun berbahaya, penghalang persatuan umat. Contohnya, Mesir hanya membuka
perbatasan untuk menolong yang cidera dalam beberapa jam lalu ditutup lagi;
Nasionalisme menghalangi setiap negara untuk mengirim bantuan tentara karena
prinsip Politik Luar Negeri yang dianut, kalaupun mengirim tentara maka tunduk
dalam genggaman PBB yang mendukung eksistensi Israel.
Bantuan do’a, dana, dan materi
lainnya, secara realitas diperlukan. Namun bukan solusi persoalan. Akhirnya
lebih focus pada menolong korban dengan tetap membiarkan si pelaku melakukan
tindakan keji (pembunuhan massal) secara bebas.
Perempuan dan anak-anak (genoside)
yang menjadi korban serangan Israel di Gaza, tidak mendapatkan respon yang
menghebohkan dunia (LSM dan Dunia Internasional lainnya) sebagaimana yang
terjadi pada Malala dan Piala Dunia FIFA 2014. Standar Ganda Barat dalam
mensikapi HAM untuk kaum muslimin (dibiarkan tidak mendapatkan hak-haknya mulai
hak hidup, mendapatkan pendidikan, perlindungan dan lainnya).
Solusi
Jelaslah tragedi Gaza buah dari
konspirasi Barat/Imperialis untuk menghancurkan Islam dan Kaum Muslimin, dengan
menggunakan solusi national state/kemerdekaan bagi palestina. Solusi ini akan
menjauhkan kebutuhan umat terhadap persatuan kaum muslimin dalam naungan Daulah
Khilafah.
Usulan perdamaian, tidak
menyelesaikan masalah. Harus diingat bahwa tabiat orang yahudi selalu ingkar
janji. Dia akan menawarkan damai jika tujuannya sudah tercapai, jika
persenjataannya sudah habis, dan dalam waktu perjanjian itu dia menyusun
strategi baru dan persediaan senjata baru. Dari dahulu selalu berulang hal yang
sama, menawarkan gencatan senjata dia pula yang mengingkari.
Tragedi palestina membutuhkan solusi
yang kongkrit, tragediy yang terjadi adalah karena ketiadaan Khilafah yang
melindungi kaum muslim. Untuk itu, tegaknya khilafah menjadi suatu kewajiban.
Jihad yang dilakukan secara personal atau kelompok untuk menyelamatkan
Palestina masih belum cukup. Sangat membutuhkan pengerahan tentara-tentara dari
negeri-negeri muslim seluruh dunia yang berjumlah besar untuk bersatu
menyelamatkan Palestina sebagai bagian dari masalah kaum muslimin. Sehingga
sangat mendesak untuk dicabutnya Nasionalisme dari benak kaum muslimin (rakyat,
tentara maupun penguasa).
Negeri-negeri bila bersatu dalam
Naungan Khilafah Islamiyah memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menaklukan
Israel maupun pendukungnya. Hal ini mencakup tentara jumlah besar, peralatan
perang dan senjata yang berimbang bahkan lebih.
Khilafah Islamiyah sebagai perisai (junnah)
bagi rakyatnya, tidak ada satu wilayah maupun individu rakyatnya (termasuk
perempuan maupun anak-anak) yang dibiarkan terbunuh. Perempuan yang melahirkan
generasi dan anak-anak calon pemimpin di masa mendatang mendapatkan
perlindungan keamanan yang utuh dalam naungan khilafah. Peperangan yang
dilakukan oleh Khilafah beradab dibandingkan perang saat ini di era modernisasi
penuh dengan kebiadaban yang menyerang penduduk sipil dan orang lemah, rumah
ibadah, sekolah, pasar, dan lain-lain. Wallâhu a’lam bish-shawâb.
Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
(Arrahmah.com) – Tragedi
kemanusiaan yang terjadi di Gaza Palestina, membuat kita gemas, marah,
sedih semua perasaan berkecamuk menjadi satu. Menyaksikan adegan-adegan
di media masa atas kekejaman Zionis Israel laknatullah terhadap rakyat
Palestina. Seperti diberitakan di media masa hari Selasa (9/7/2014).
Sirene mengaum dahsyat di Gaza tanpa henti. Drone-drone, pesawat udara
Israel melayang-layang di langit Gaza. Bom jatuh, dan korban pun jatuh.
Israel beralibi Hamas harus membayar atas matinya tiga orang remaja
Israel beberapa pekan yang lalu sebelumnya. Tapi “Hamas” itu bagi Israel
berarti rakyat Palestina di Gaza. Tanpa pandang bulu.
Kekejaman
Isreal semakin membabi buta, anak-anak dan perempuan Gaza menjadi korban
serangan yang paling banyak. Baju dan kulitnya compang-camping karena
hantaman peluru-peluru tentara Israel. Di berbagai tempat terdengar
tangisan, ya tangisan karena ditinggal mati oleh orang-orang terdekat.
Mereka yang telah syahid karena terbunuh atas peluru-peluru dan
roket-roket Israel tampak meninggalkan orang-orang sekitarnya dengan
wajah yang tenang.
Tentara Israel tiada hentinya menggempur
pemukiman warga palestina. Gempuran tersebut menggunakan rudal dari
Pesawat Jet F-16 dan helikopter tempur yang dipasok dari tuannya yaitu
Amerika. Bukan sekali ini saja Zionis Israel menggempur bumi Gaza, dan
itu akan terus diingat oleh generasi-generasi mendatang.
Bau
hangus tercium dan darah tercecer di mana-mana. Kerusakan rumah, mobil,
motor seakan menjadi pemandangan yang begitu menyayat hati. Istri-istri
yang menangis karena ditinggal suami dan anak-anaknya, semua itu sungguh
menyakitkan terlebih dilakukan dengan sangat brutal, sampai kapan
Israel terus menerobos batas-batas kemanusiaan? Walaupun dunia
internasional mengecam aksi brutal Israel semua itu tidak membuat Zionis
laknatullah itu menghentikan aksinya tapi malah semakin membabi buta.
Anak-anak dan perempuan korbannya
Tragedi
kemanusiaan di mana pun selalu anak-anak dan perempuan yang menjadi
korban. Hingga saat ini empat orang anak di pantai kota Gaza terbunuh
dalam serangan udara Israel pada Rabu hingga meningkatkan jumlah korban
tewas menjadi 213 orang. Kekerasan terbaru menjatuhkan korban tewas pada
Rabu sebanyak 16 orang, dan meningkatkan jumlah keseluruhan warga tewas
di Gaza setelah berlangsungnya sembilan hari serangan menjadi 216
orang. Lebih dari 1.560 orang mengalami luka-luka. (antaranews.com,
17/07/2014).
Perempuan Palestina dan anak-anak adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari jihad. Anak-anak itulah yang kelak akan menjadi
mujahid-mujahid yang akan menghancurkan Zionis
laknatullah
Israel. Hal inilah yang mendorong Israel membabi buta membunuh mereka.
Dalam kondisi pelayanan kesehatan yang buruk, kondisi hidup yang serba
sulit, mereka tidak lelah mencetak mujahid-mujahid baru. Anak-anak itu
mereka didik dan tanamkan kecintaan terhadap jihad dan mati syahid. Maka
anak-anak Palestina tidak pernah merasa takut berhadapan dengan tentara
Israel sekalipun hanya bersenjatakan batu.
Akar persoalan
Sesungguhnya
tragedi ini berpijak pada persoalan Aqidah, syariah, dan politik (Islam
vs kufur Yahudi), bukan masalah konflik dua negara, sehingga perdamaian
sebagai solusi.Mengingatkan sejarah bahwa Palestina adalah bagian dari
negeri muslim, haram bagi siapa pun untuk merampasnya. Sejak
pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ra, kaum Muslimin diamanahi
melindungi kaum Nasrani dari ancaman Yahudi dengan mencegah Yahudi
tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam Perjanjian
Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya
Nasrani menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Melalui
perjanjian Umariyah disepakati bahwa selain Muslim, hidup juga
berdampingan secara damai dengan orang Nasrani di Palestina. Tetapi juga
harus diingat dalam perjanjian Umariyah itu orang Yahudi tidak boleh
tinggal di Palestina.
Secara politis, tentang makar Yahudi yang
mendirikan negeri zionis Israel. Sejak awal pendiriannya, keberadaan
negara Israel tidak lepas dari kepentingan negara-negara imperialis
Barat, terutama Inggris dan Amerika Serikat.
Secara syariah Islam
jelaslah Islam juga mengharamkan kolonialisme dan pembantaian, dan
Islam juga anti penjajahan, apalagi itu terhadap tanah milik kaum
Muslimin, tanah wakaf, tanah
kharajyiah. Pembantaian umat yang dilakukan Israel juga adalah kezaliman luar biasa, apalagi korbannya adalah anak-anak dan perempuan.
Maha benar Allah dalam firmanNya :
Dan
sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS:.Al Isra : 70)
Sesungguhnya hilangnya dunia (dan seisinya) benar-benar lebih ringan bagi Allah ketimbang terbunuhnya seorang Muslim. (HR at-Tirmidzi)
Untuk
menyelamatkan perempuan dan anak-anak Palestina, terbelenggu oleh sekat
nation state – egoistis nasionalis penguasa muslim di sekitar
Palestina. Nasionalisme adalah musuh umat Islam, racun berbahaya,
penghalang persatuan umat. Contohnya, Mesir hanya membuka perbatasan
untuk menolong yang cidera dalam beberapa jam lalu ditutup lagi;
Nasionalisme menghalangi setiap negara untuk mengirim bantuan tentara
karena prinsip Politik Luar Negeri yang dianut, kalaupun mengirim
tentara maka tunduk dalam genggaman PBB yang mendukung eksistensi
Israel.
Bantuan do’a, dana, dan materi lainnya, secara realitas
diperlukan. Namun bukan solusi persoalan. Akhirnya lebih focus pada
menolong korban dengan tetap membiarkan si pelaku melakukan tindakan
keji (pembunuhan massal) secara bebas.
Perempuan dan anak-anak (
genoside)
yang menjadi korban serangan Israel di Gaza, tidak mendapatkan respon
yang menghebohkan dunia (LSM dan Dunia Internasional lainnya)
sebagaimana yang terjadi pada Malala dan Piala Dunia FIFA 2014. Standar
Ganda Barat dalam mensikapi HAM untuk kaum muslimin (dibiarkan tidak
mendapatkan hak-haknya mulai hak hidup, mendapatkan pendidikan,
perlindungan dan lainnya).
Solusi
Jelaslah
tragedi Gaza buah dari konspirasi Barat/Imperialis untuk menghancurkan
Islam dan Kaum Muslimin, dengan menggunakan solusi national
state/kemerdekaan bagi palestina. Solusi ini akan menjauhkan kebutuhan
umat terhadap persatuan kaum muslimin dalam naungan Daulah Khilafah.
Usulan
perdamaian, tidak menyelesaikan masalah. Harus diingat bahwa tabiat
orang yahudi selalu ingkar janji. Dia akan menawarkan damai jika
tujuannya sudah tercapai, jika persenjataannya sudah habis, dan dalam
waktu perjanjian itu dia menyusun strategi baru dan persediaan senjata
baru. Dari dahulu selalu berulang hal yang sama, menawarkan gencatan
senjata dia pula yang mengingkari.
Tragedi palestina membutuhkan
solusi yang kongkrit, tragediy yang terjadi adalah karena ketiadaan
Khilafah yang melindungi kaum muslim. Untuk itu, tegaknya khilafah
menjadi suatu kewajiban. Jihad yang dilakukan secara personal atau
kelompok untuk menyelamatkan Palestina masih belum cukup. Sangat
membutuhkan pengerahan tentara-tentara dari negeri-negeri muslim seluruh
dunia yang berjumlah besar untuk bersatu menyelamatkan Palestina
sebagai bagian dari masalah kaum muslimin. Sehingga sangat mendesak
untuk dicabutnya Nasionalisme dari benak kaum muslimin (rakyat, tentara
maupun penguasa).
Negeri-negeri bila bersatu dalam Naungan
Khilafah Islamiyah memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menaklukan
Israel maupun pendukungnya. Hal ini mencakup tentara jumlah besar,
peralatan perang dan senjata yang berimbang bahkan lebih.
Khilafah Islamiyah sebagai perisai (
junnah)
bagi rakyatnya, tidak ada satu wilayah maupun individu rakyatnya
(termasuk perempuan maupun anak-anak) yang dibiarkan terbunuh. Perempuan
yang melahirkan generasi dan anak-anak calon pemimpin di masa mendatang
mendapatkan perlindungan keamanan yang utuh dalam naungan khilafah.
Peperangan yang dilakukan oleh Khilafah beradab dibandingkan perang saat
ini di era modernisasi penuh dengan kebiadaban yang menyerang penduduk
sipil dan orang lemah, rumah ibadah, sekolah, pasar, dan lain-lain.
Wallâhu a’lam bish-shawâb.
(azm/
arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kontribusi/save-gaza.html#sthash.rpNaCjqe.dpuf
Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
(Arrahmah.com) – Tragedi
kemanusiaan yang terjadi di Gaza Palestina, membuat kita gemas, marah,
sedih semua perasaan berkecamuk menjadi satu. Menyaksikan adegan-adegan
di media masa atas kekejaman Zionis Israel laknatullah terhadap rakyat
Palestina. Seperti diberitakan di media masa hari Selasa (9/7/2014).
Sirene mengaum dahsyat di Gaza tanpa henti. Drone-drone, pesawat udara
Israel melayang-layang di langit Gaza. Bom jatuh, dan korban pun jatuh.
Israel beralibi Hamas harus membayar atas matinya tiga orang remaja
Israel beberapa pekan yang lalu sebelumnya. Tapi “Hamas” itu bagi Israel
berarti rakyat Palestina di Gaza. Tanpa pandang bulu.
Kekejaman
Isreal semakin membabi buta, anak-anak dan perempuan Gaza menjadi korban
serangan yang paling banyak. Baju dan kulitnya compang-camping karena
hantaman peluru-peluru tentara Israel. Di berbagai tempat terdengar
tangisan, ya tangisan karena ditinggal mati oleh orang-orang terdekat.
Mereka yang telah syahid karena terbunuh atas peluru-peluru dan
roket-roket Israel tampak meninggalkan orang-orang sekitarnya dengan
wajah yang tenang.
Tentara Israel tiada hentinya menggempur
pemukiman warga palestina. Gempuran tersebut menggunakan rudal dari
Pesawat Jet F-16 dan helikopter tempur yang dipasok dari tuannya yaitu
Amerika. Bukan sekali ini saja Zionis Israel menggempur bumi Gaza, dan
itu akan terus diingat oleh generasi-generasi mendatang.
Bau
hangus tercium dan darah tercecer di mana-mana. Kerusakan rumah, mobil,
motor seakan menjadi pemandangan yang begitu menyayat hati. Istri-istri
yang menangis karena ditinggal suami dan anak-anaknya, semua itu sungguh
menyakitkan terlebih dilakukan dengan sangat brutal, sampai kapan
Israel terus menerobos batas-batas kemanusiaan? Walaupun dunia
internasional mengecam aksi brutal Israel semua itu tidak membuat Zionis
laknatullah itu menghentikan aksinya tapi malah semakin membabi buta.
Anak-anak dan perempuan korbannya
Tragedi
kemanusiaan di mana pun selalu anak-anak dan perempuan yang menjadi
korban. Hingga saat ini empat orang anak di pantai kota Gaza terbunuh
dalam serangan udara Israel pada Rabu hingga meningkatkan jumlah korban
tewas menjadi 213 orang. Kekerasan terbaru menjatuhkan korban tewas pada
Rabu sebanyak 16 orang, dan meningkatkan jumlah keseluruhan warga tewas
di Gaza setelah berlangsungnya sembilan hari serangan menjadi 216
orang. Lebih dari 1.560 orang mengalami luka-luka. (antaranews.com,
17/07/2014).
Perempuan Palestina dan anak-anak adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari jihad. Anak-anak itulah yang kelak akan menjadi
mujahid-mujahid yang akan menghancurkan Zionis
laknatullah
Israel. Hal inilah yang mendorong Israel membabi buta membunuh mereka.
Dalam kondisi pelayanan kesehatan yang buruk, kondisi hidup yang serba
sulit, mereka tidak lelah mencetak mujahid-mujahid baru. Anak-anak itu
mereka didik dan tanamkan kecintaan terhadap jihad dan mati syahid. Maka
anak-anak Palestina tidak pernah merasa takut berhadapan dengan tentara
Israel sekalipun hanya bersenjatakan batu.
Akar persoalan
Sesungguhnya
tragedi ini berpijak pada persoalan Aqidah, syariah, dan politik (Islam
vs kufur Yahudi), bukan masalah konflik dua negara, sehingga perdamaian
sebagai solusi.Mengingatkan sejarah bahwa Palestina adalah bagian dari
negeri muslim, haram bagi siapa pun untuk merampasnya. Sejak
pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ra, kaum Muslimin diamanahi
melindungi kaum Nasrani dari ancaman Yahudi dengan mencegah Yahudi
tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam Perjanjian
Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya
Nasrani menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Melalui
perjanjian Umariyah disepakati bahwa selain Muslim, hidup juga
berdampingan secara damai dengan orang Nasrani di Palestina. Tetapi juga
harus diingat dalam perjanjian Umariyah itu orang Yahudi tidak boleh
tinggal di Palestina.
Secara politis, tentang makar Yahudi yang
mendirikan negeri zionis Israel. Sejak awal pendiriannya, keberadaan
negara Israel tidak lepas dari kepentingan negara-negara imperialis
Barat, terutama Inggris dan Amerika Serikat.
Secara syariah Islam
jelaslah Islam juga mengharamkan kolonialisme dan pembantaian, dan
Islam juga anti penjajahan, apalagi itu terhadap tanah milik kaum
Muslimin, tanah wakaf, tanah
kharajyiah. Pembantaian umat yang dilakukan Israel juga adalah kezaliman luar biasa, apalagi korbannya adalah anak-anak dan perempuan.
Maha benar Allah dalam firmanNya :
Dan
sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS:.Al Isra : 70)
Sesungguhnya hilangnya dunia (dan seisinya) benar-benar lebih ringan bagi Allah ketimbang terbunuhnya seorang Muslim. (HR at-Tirmidzi)
Untuk
menyelamatkan perempuan dan anak-anak Palestina, terbelenggu oleh sekat
nation state – egoistis nasionalis penguasa muslim di sekitar
Palestina. Nasionalisme adalah musuh umat Islam, racun berbahaya,
penghalang persatuan umat. Contohnya, Mesir hanya membuka perbatasan
untuk menolong yang cidera dalam beberapa jam lalu ditutup lagi;
Nasionalisme menghalangi setiap negara untuk mengirim bantuan tentara
karena prinsip Politik Luar Negeri yang dianut, kalaupun mengirim
tentara maka tunduk dalam genggaman PBB yang mendukung eksistensi
Israel.
Bantuan do’a, dana, dan materi lainnya, secara realitas
diperlukan. Namun bukan solusi persoalan. Akhirnya lebih focus pada
menolong korban dengan tetap membiarkan si pelaku melakukan tindakan
keji (pembunuhan massal) secara bebas.
Perempuan dan anak-anak (
genoside)
yang menjadi korban serangan Israel di Gaza, tidak mendapatkan respon
yang menghebohkan dunia (LSM dan Dunia Internasional lainnya)
sebagaimana yang terjadi pada Malala dan Piala Dunia FIFA 2014. Standar
Ganda Barat dalam mensikapi HAM untuk kaum muslimin (dibiarkan tidak
mendapatkan hak-haknya mulai hak hidup, mendapatkan pendidikan,
perlindungan dan lainnya).
Solusi
Jelaslah
tragedi Gaza buah dari konspirasi Barat/Imperialis untuk menghancurkan
Islam dan Kaum Muslimin, dengan menggunakan solusi national
state/kemerdekaan bagi palestina. Solusi ini akan menjauhkan kebutuhan
umat terhadap persatuan kaum muslimin dalam naungan Daulah Khilafah.
Usulan
perdamaian, tidak menyelesaikan masalah. Harus diingat bahwa tabiat
orang yahudi selalu ingkar janji. Dia akan menawarkan damai jika
tujuannya sudah tercapai, jika persenjataannya sudah habis, dan dalam
waktu perjanjian itu dia menyusun strategi baru dan persediaan senjata
baru. Dari dahulu selalu berulang hal yang sama, menawarkan gencatan
senjata dia pula yang mengingkari.
Tragedi palestina membutuhkan
solusi yang kongkrit, tragediy yang terjadi adalah karena ketiadaan
Khilafah yang melindungi kaum muslim. Untuk itu, tegaknya khilafah
menjadi suatu kewajiban. Jihad yang dilakukan secara personal atau
kelompok untuk menyelamatkan Palestina masih belum cukup. Sangat
membutuhkan pengerahan tentara-tentara dari negeri-negeri muslim seluruh
dunia yang berjumlah besar untuk bersatu menyelamatkan Palestina
sebagai bagian dari masalah kaum muslimin. Sehingga sangat mendesak
untuk dicabutnya Nasionalisme dari benak kaum muslimin (rakyat, tentara
maupun penguasa).
Negeri-negeri bila bersatu dalam Naungan
Khilafah Islamiyah memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menaklukan
Israel maupun pendukungnya. Hal ini mencakup tentara jumlah besar,
peralatan perang dan senjata yang berimbang bahkan lebih.
Khilafah Islamiyah sebagai perisai (
junnah)
bagi rakyatnya, tidak ada satu wilayah maupun individu rakyatnya
(termasuk perempuan maupun anak-anak) yang dibiarkan terbunuh. Perempuan
yang melahirkan generasi dan anak-anak calon pemimpin di masa mendatang
mendapatkan perlindungan keamanan yang utuh dalam naungan khilafah.
Peperangan yang dilakukan oleh Khilafah beradab dibandingkan perang saat
ini di era modernisasi penuh dengan kebiadaban yang menyerang penduduk
sipil dan orang lemah, rumah ibadah, sekolah, pasar, dan lain-lain.
Wallâhu a’lam bish-shawâb.
(azm/
arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kontribusi/save-gaza.html#sthash.rpNaCjqe.dpuf