REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI-- PBB mengungsikan hampir 100 warga Muslim dari ibu kota Republik Afrika Tengah (CAR), Bangui, untuk menyelamatkan nyawa mereka, kata pejabat. Dengan didukung petugas badan PBB urusan pengsungsi (UNHCR), 93 warga Muslim dibawa ke timur Bangui, ke kota Bambari, kata El Hadj Abacar ben Ousmane, pejabat tinggi di kota sekitar 300 kilometer dari ibu kota itu.
Kekerasan aliran di bekas jajahan Prancis itu menewaskan ribuan orang pada tahun lalu. Kelompok Muslim itu menuju Bambari dari Ahad sampai Senin dalam dua truk, yang didampingi oleh satu konvoi kendaraan dari pasukan perdamaian Prancis Sangaris, kata UNHCR dan Organisasi Internasional bagi Migrasi.
Iringan itu kena lempar batu-batu ketika melalui kota Sibut, kata seorang anggota pasuan perdamaian MISCA yang dipimpin Uni Afrika kepada AFP. "Ini adalah satu tindakan untuk menyelamatkan nyawa mereka, dilakukan sebagai usaha terakhir setelah mempertimbangankan cukup lama mengenai nasib mereka," kata Tammi Sharpe, wakil kepala UNHCR di CAR.
Dia mengatakan para warga Muslim yang diungsikan itu "terus diserang" dipermukiman PK-12 Bangui utara, di mana kondisi-kondisi saat ini "sangat tegang". Di Bambari, kota berpenduduk 45.000 jiawa mayoritas Kristen, kata El Hadj Abacar ben Ousmane para warga Muslim dan Kristen dapat hidup damai.
"Kami tidak akan berkeberatan untuk menyambut orang-orang lain. Kami tidak mempunyai masalah dengan pihak lain," katanya.
Republik Afrika Tengah, salah satu dari negara-negara termiskin di dunia, dilanda kriss setelah satu kudeta oleh gerilyawan Seleka yang sebagian besar warga Muslim Maret tahun lalu. Setelah merebut kekuasaan, sejumlah pemberontak melakukakan tindak kejahatan, pembunuhan, penjarahaan dan perkosaan.
Penyiksaan itu memicu anggota mayoritas Kristen membentuk kelompok milisi, melancarkan gelombang pembunuhan yang kejam yang menyebabkan ribuan orang tewas, hampir satu juta orang mengungsi, dan memperingatkan bahwa negara iu berada diambang genosida.